Transformasi Telkom dan Harapan Baru Pemerataan Internet Indonesia

Transformasi Telkom dan Harapan Baru Pemerataan Internet Indonesia

TrenHarapan – Di banyak wilayah Indonesia, akses internet masih menjadi kemewahan yang belum dimiliki semua orang. Masyarakat di daerah pelosok dan kawasan 3T sering kali merasakan jarak digital yang lebar, seolah terputus dari peluang pendidikan, ekonomi, dan komunikasi. Dalam konteks inilah langkah Telkom melakukan pemisahan aset infrastruktur ke InfraCo/TIF menarik perhatian publik. Upaya ini dianggap sebagai strategi penting untuk menjawab kebutuhan konektivitas yang semakin mendesak. Anggota Komisi VI DPR, Gde Sumarjaya Linggih, menilai bahwa langkah ini bukan hanya manuver bisnis, tetapi juga bentuk keberpihakan pada masyarakat yang membutuhkan jaringan yang lebih merata. Ia memandang transformasi ini sebagai peluang untuk mempercepat pemerataan layanan digital dan memperkuat fondasi ekonomi daerah.

Dampak Strategis Pemisahan Aset Telkom ke InfraCo/TIF

Gde Sumarjaya menyampaikan bahwa ekonomi digital dapat menjadi mesin utama pertumbuhan nasional dalam beberapa tahun ke depan. Karena itu, pengalihan pengelolaan infrastruktur Telkom ke InfraCo/TIF dipandang sebagai katalis penting bagi penguatan ekosistem digital Indonesia. Dengan struktur bisnis yang lebih fokus, operasional infrastruktur dapat berjalan lebih efisien dan terukur. Hal ini diyakini mampu mempercepat perluasan jaringan ke daerah yang selama ini tertinggal dari sisi teknologi. Tidak hanya itu, pemisahan infrastruktur memungkinkan Telkom menjalankan model bisnis yang lebih transparan dan kompetitif, sekaligus membuka jalan bagi investasi baru. Gde menilai strategi ini dapat melahirkan percepatan digitalisasi yang lebih inklusif.

“Baca Juga : The Fed Pangkas Suku Bunga: Sinyal Baru, Ruang Gerak Semakin Sempit”

Mendorong Industri Telekomunikasi Lewat Infrastructure Sharing

Salah satu harapan terbesar dari kehadiran InfraCo/TIF adalah lahirnya kebijakan berbagi pakai infrastruktur antaroperator. Menurut Gde, prinsip ini sangat relevan untuk meningkatkan efisiensi biaya dan mempercepat pembangunan jaringan di berbagai wilayah. Dengan berbagi aset, setiap operator tidak lagi harus membangun jaringan baru di lokasi yang sama, sehingga investasi dapat dialihkan ke wilayah yang benar-benar membutuhkan. Selain meningkatkan efisiensi, konsep ini juga membuka kolaborasi yang lebih sehat antar pelaku industri telekomunikasi. Gde menegaskan bahwa berbagi infrastruktur adalah fondasi penting untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih setara dan tangguh.

Transformasi Telkom untuk Mengoptimalkan Ekosistem Digital Nasional

Transformasi infrastruktur Telkom melalui InfraCo/TIF selaras dengan kebijakan Danantara yang menekankan penataan BUMN untuk meningkatkan efektivitas bisnis. Penataan ini mendorong Telkom fokus pada dua hal utama: memperkuat infrastruktur telekomunikasi dan mempercepat penetrasi digital di seluruh Indonesia. Gde memandang bahwa Telkom kini berada dalam fase kritis untuk memastikan setiap strategi benar-benar berdampak pada masyarakat luas. Ia berharap transformasi ini dapat membuka peluang ekonomi baru, meningkatkan kualitas layanan internet, dan membantu Indonesia bergerak menuju ekonomi digital yang lebih solid. Dengan dukungan pemerintah dan parlemen, proses ini menjadi bagian dari upaya bersama menyelesaikan masalah kesenjangan digital secara menyeluruh.

Agenda RUPSLB dan Harapan bagi Penguatan Struktur Bisnis

Menjelang RUPSLB Telkom pada 12 Desember 2025, publik menaruh perhatian besar terhadap keputusan strategis yang akan diambil. Gde berharap forum tersebut menghasilkan kebijakan yang menegaskan kembali komitmen Telkom terhadap pemerataan digital. Transformasi bisnis yang optimal, menurutnya, harus memberi manfaat langsung bagi masyarakat, bukan hanya bagi korporasi. Ia menekankan pentingnya proses yang transparan, terukur, dan berorientasi jangka panjang. Bagi masyarakat, keputusan RUPSLB nanti menjadi penanda arah masa depan layanan telekomunikasi nasional. Jika berjalan baik, reformasi Telkom dapat memperkuat daya saing industri sekaligus menghadirkan layanan yang lebih cepat, stabil, dan terjangkau.

“Simak Juga : QRIS Tap Nobu Bank Hadir di LRT Jakarta: Langkah Baru Pembayaran Digital yang Makin Dekat dengan Penumpang”

Peran Infranexia dalam Spin-Off Fiber Nasional

Infranexia, sebagai anak usaha Telkom, berada pada pusat transformasi besar ini. Dalam dua tahun terakhir, perusahaan ini menjalankan peran sebagai managed service operator, mengelola jaringan fiber Telkom dengan sistem yang lebih fleksibel. Namun, mulai akhir tahun ini, posisinya berubah secara signifikan menjadi pemilik penuh aset fiber nasional. Langkah ini menjadi fase penting dalam spin-off karena memindahkan kepemilikan infrastruktur dari induk perusahaan ke operator yang lebih fokus dan spesifik. Dengan struktur baru ini, Telkom berharap mampu melepaskan nilai aset (value unlock) dan mempercepat pembangunan jaringan secara nasional. Infranexia juga diharapkan menjadi motor penggerak dalam memperluas jangkauan internet ke wilayah yang paling membutuhkan.

Menutup Kesenjangan Digital Melalui Kolaborasi Nasional

Gde menegaskan bahwa Komisi VI DPR akan terus mengawasi implementasi program ini sebagai bagian dari kolaborasi pemerintah, BUMN, dan parlemen. Ia percaya bahwa pemerataan akses digital hanya dapat terwujud jika setiap pihak memiliki visi yang sama: memberikan akses internet berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan spin-off yang terus berjalan dan optimalisasi teknologi fiber, peluang untuk mempersempit kesenjangan digital menjadi semakin nyata. Transformasi ini juga berarti membuka pintu bagi masa depan ekonomi digital yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan memajukan kesejahteraan masyarakat di berbagai daerah.