Trenharapan – PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) menorehkan pencapaian luar biasa sepanjang tahun 2024. Dengan total pendapatan sebesar Rp 5,02 triliun, perusahaan pelat merah ini berhasil mengungguli angka pendapatan sebelum pandemi COVID-19. Kinerja positif ini mencerminkan ketangguhan ASDP dalam menghadapi dinamika industri dan tantangan global yang tak mudah.
Pendapatan ASDP tahun 2024 mencatat lonjakan signifikan jika dibandingkan masa sebelum pandemi, yang pada 2019 hanya berada di angka Rp 3,33 triliun. Bahkan, dibandingkan dengan tahun 2023, pendapatan meningkat sebesar 2%. Ini menjadi indikator kuat bahwa pemulihan sektor transportasi laut telah berjalan maksimal, dan ASDP mampu memanfaatkannya secara efektif.
“Baca juga : Gus Ipul Tegaskan Integritas Pengadaan Barang Sekolah Rakyat Harus Dijaga “
Meski laba bersih mengalami penurunan 30% dari tahun sebelumnya, yang mencapai Rp 636,54 miliar, ASDP tetap berhasil mengantongi Rp 447,31 miliar. Penurunan ini tidak serta-merta mencerminkan penurunan kinerja, melainkan tekanan eksternal seperti nilai tukar rupiah yang melemah dan stagnasi tarif penyeberangan. Hal ini justru menunjukkan daya tahan bisnis yang kuat dan pengelolaan keuangan yang adaptif.
Tahun 2024 bukan tanpa tantangan. ASDP menghadapi berbagai tekanan dari nilai tukar hingga perubahan perilaku pengguna jasa yang menuntut kecepatan dan digitalisasi. Namun, melalui adaptasi dan strategi efisiensi, perusahaan tetap mampu menjaga kinerja positif dan memastikan operasional berjalan secara optimal di tengah turbulensi eksternal.
“Simak juga : Keselarasan Visi Presiden Prabowo dan Presiden Lula dalam Geopolitik Global “
Layanan penyeberangan, baik komersial maupun perintis, tetap menjadi tulang punggung pendapatan ASDP. Dengan produksi penumpang mencapai 6,12 juta orang dan kendaraan roda empat lebih dari 4,31 juta unit, kontribusi sektor ini sangat besar. Meski beberapa segmen mengalami penurunan volume, efisiensi operasional tetap mampu menjaga profitabilitas perusahaan.
ASDP mencatat peningkatan efisiensi dengan operating ratio sebesar 67%, naik dari 65% pada tahun sebelumnya. BOPO juga terjaga di angka 89%, mencerminkan pengendalian biaya yang efektif. Digitalisasi proses bisnis menjadi elemen krusial dalam menekan biaya dan meningkatkan kecepatan layanan, sehingga ASDP tetap relevan di era yang menuntut transformasi digital cepat.
Kesehatan finansial ASDP tetap prima, tercermin dari rasio likuiditas yang tinggi dan kemampuan membayar kewajiban jangka pendek. EBITDA sebesar Rp 1,14 triliun menjadi bukti bahwa arus kas operasional tetap positif dan stabil. Ini menegaskan bahwa pengelolaan keuangan perusahaan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan fokus pada keberlanjutan.