Tren Harapan – Selama lebih dari satu dekade, dunia sepak bola dikuasai oleh dua nama besar: Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Mereka bergantian menyabet penghargaan Ballon d’Or, meninggalkan pesaing lain hanya sebagai penonton. Namun, di tengah era dominasi tersebut, muncul nama Mohamed Salah (Mo Salah). Penyerang asal Mesir ini perlahan mencuri perhatian dunia. Melalui penampilan impresif bersama Liverpool, Salah dianggap sebagai pesaing serius. Perjalanannya tidak mudah. Ia harus melawan ekspektasi, stereotip, dan dominasi media yang terlanjur fokus pada Messi dan Ronaldo. Namun, Salah tidak menyerah dan terus membuktikan kualitasnya.
Sejak bergabung dengan Liverpool pada tahun 2017, Mo Salah langsung menjadi mesin gol andalan. Di musim pertamanya, ia mencetak 32 gol di Premier League. Angka ini memecahkan rekor gol terbanyak dalam satu musim liga. Bersama Sadio Mane dan Roberto Firmino, Salah membentuk trio mematikan. Mereka membawa Liverpool ke final Liga Champions 2018 dan menjadi juara pada 2019. Tak hanya itu, Salah juga membantu The Reds meraih gelar Liga Inggris musim 2019/2020. Selama beberapa musim, konsistensi Salah dalam mencetak gol membuatnya disandingkan dengan pemain-pemain elite dunia.
“Baca Juga : Pakar Harvard: Langkah Kecil Ini Bisa Lindungi Kesehatan Jantung Anda”
Salah bukan hanya sekadar pemain cepat dengan kaki kiri yang tajam. Statistik menunjukkan bahwa ia konsisten menjadi top skor Liverpool setiap musim. Ia telah mencetak lebih dari 200 gol untuk klub tersebut di semua kompetisi. Selain itu, ia juga mencatat banyak assist dan kontribusi kreatif lainnya. Ia pernah meraih Golden Boot Premier League tiga kali. Beberapa musim bahkan mencetak lebih dari 30 gol di semua ajang. Statistik ini sejatinya sudah layak membuatnya masuk kandidat kuat Ballon d’Or. Namun, nama Messi dan Ronaldo sering kali masih lebih disorot oleh media dan voter.
Salah menghadapi tantangan besar sebagai pemain asal Afrika dan wakil dari dunia Arab. Ia tidak bermain untuk tim nasional yang langganan juara dunia. Timnas Mesir memang sempat mencapai final Piala Afrika, tapi belum pernah menjadi juara selama era Salah. Kurangnya prestasi internasional membuatnya sering kalah pamor dalam voting Ballon d’Or. Di sisi lain, penghargaan Ballon d’Or juga cenderung berat sebelah terhadap pemain dari liga-liga tertentu. La Liga dan kompetisi Eropa lebih mendapat sorotan dibanding Afrika atau Asia. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Salah dalam meraih pengakuan setara.
Meski belum meraih Ballon d’Or, Salah mendapatkan cinta luar biasa dari penggemar. Fans Liverpool menyebutnya sebagai “The Egyptian King”. Lagu-lagu pujian pun menggema setiap kali ia mencetak gol di Anfield. Lebih dari sekadar pesepakbola, Salah menjadi simbol harapan dan kebanggaan bagi banyak warga Muslim. Ia dikenal sebagai sosok religius yang tetap rendah hati di tengah popularitas. Pengaruhnya menyentuh ranah sosial dan budaya. Ia menginspirasi generasi muda dari Timur Tengah dan Afrika Utara. Banyak yang bermimpi menembus sepak bola Eropa setelah melihat kisah suksesnya.
“Simak juga: Waspada MERS-CoV: Virus yang Mengancam di Arab Saudi”
Saat ini, era Messi dan Ronaldo perlahan memasuki senja. Muncul nama-nama baru seperti Mbappe dan Haaland. Namun, Mo Salah tetap bertahan di level atas. Meski usia tidak muda lagi, performanya tetap stabil. Ia tetap menjadi andalan utama Liverpool dan berpengaruh dalam permainan tim. Banyak pengamat menilai, peluang Salah meraih Ballon d’Or masih terbuka. Apalagi jika ia membawa Liverpool kembali berjaya di Liga Champions. Gelar individu itu mungkin datang lebih lambat, namun perjuangan dan dedikasinya tetap patut dihargai. Salah telah menempatkan dirinya di antara legenda, meski tanpa Ballon d’Or.