Tren Harapan – Menteri Pertanian (Mentan) Republik Indonesia tengah berupaya memperluas akses impor komoditas pangan strategis dari negara mitra. Salah satu fokus utamanya adalah produk susu dari Jepang. Langkah ini diambil mengingat produksi susu dalam negeri belum mampu mencukupi permintaan nasional. Konsumsi susu di Indonesia terus meningkat setiap tahun, seiring naiknya kesadaran masyarakat akan pentingnya nutrisi. Sayangnya, peternakan sapi perah lokal belum dapat menghasilkan volume yang sebanding. Oleh karena itu, pemerintah menjajaki kerja sama bilateral dengan Jepang untuk membuka jalur impor susu. Selain meningkatkan ketersediaan, kerja sama ini juga bertujuan untuk mendatangkan teknologi pengolahan modern.
Indonesia masih bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan susu nasional. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi susu lokal hanya mampu memenuhi sekitar 20 persen dari total konsumsi. Sisanya ditutup oleh impor dari negara seperti Australia dan Selandia Baru. Kondisi ini mendorong pemerintah mencari sumber alternatif yang lebih kompetitif. Jepang dinilai sebagai mitra yang potensial karena memiliki teknologi peternakan canggih. Selain itu, standar keamanan pangan Jepang sangat tinggi dan sejalan dengan kebutuhan pasar domestik.
“Baca Juga : Penerapan Kecerdasan Buatan dalam Industri Otomotif dan Transportasi”
Negara Matahari Terbit dikenal memiliki sistem peternakan yang efisien dan higienis. Susu yang dihasilkan di Jepang memiliki kadar gizi tinggi dan rasa yang lebih segar. Jepang juga dikenal dengan inovasi produknya seperti susu fermentasi dan susu rendah laktosa. Produk-produk ini dinilai cocok untuk konsumen Indonesia yang mulai mencari variasi lebih sehat. Selain itu, Jepang memiliki kelebihan dalam sistem logistik rantai dingin yang sangat ketat. Ini memungkinkan pengiriman susu tetap segar meski menempuh perjalanan jauh.
Langkah membuka akses impor susu dari Jepang merupakan bagian dari diplomasi ekonomi yang lebih luas. Pemerintah Indonesia dan Jepang telah membahas isu ini dalam forum kerja sama pertanian bilateral. Dalam beberapa pertemuan tingkat menteri, kedua negara sepakat untuk meningkatkan hubungan dagang di sektor agribisnis. Selain susu, topik lain yang dibahas meliputi pertukaran teknologi, pelatihan peternak, dan riset bersama. Harapannya, kerja sama ini tidak hanya membawa produk ke dalam negeri, tetapi juga pengetahuan dan inovasi.
“Simak juga: Kasus Uang Palsu Makassar Libatkan ASN, BUMN Dan Politikus”
Meski peluangnya besar, impor susu dari Jepang tetap menghadapi tantangan regulasi. Indonesia memiliki standar keamanan pangan yang cukup ketat untuk produk impor. Hal ini mencakup uji laboratorium, sertifikasi kebersihan, serta pengawasan terhadap residu antibiotik. Di sisi lain, Jepang juga memiliki prosedur ekspor yang tak kalah rumit. Oleh karena itu, kedua pihak harus menyelaraskan sistem regulasi agar proses distribusi berjalan lancar. Diperlukan koordinasi antar kementerian dan badan pengawas agar tidak ada kendala teknis saat implementasi.
Kebijakan membuka akses impor ini mendapat beragam tanggapan dari pelaku industri dalam negeri. Beberapa pelaku usaha khawatir pasar lokal akan semakin didominasi produk asing. Namun sebagian lainnya melihatnya sebagai peluang untuk memperbaiki standar produksi. Dengan masuknya produk Jepang, industri lokal didorong untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi. Ini juga menjadi sinyal penting bagi pelaku industri untuk lebih adaptif terhadap permintaan pasar yang berubah. Beberapa produsen bahkan mulai mempertimbangkan kerja sama lisensi dengan perusahaan Jepang.
Impor bukan satu-satunya tujuan dari kerja sama ini. Menteri Pertanian menekankan pentingnya transfer teknologi sebagai bagian dari perjanjian. Jepang akan diajak untuk membantu pengembangan peternakan lokal melalui pelatihan dan studi banding. Hal ini dinilai penting untuk meningkatkan produktivitas sapi perah di Indonesia. Jika teknologi seperti robot pemerah dan sistem pemantauan kesehatan sapi bisa diterapkan, hasil susu bisa meningkat signifikan. Peternak lokal juga akan lebih termotivasi untuk menerapkan standar tinggi dalam manajemen peternakan.
Pemerintah berharap langkah ini mampu menjaga keseimbangan antara suplai dan permintaan susu di pasar domestik. Dengan meningkatnya konsumsi masyarakat, diperlukan strategi yang realistis untuk menjaga ketersediaan pasokan. Impor dari Jepang bukan berarti mematikan industri lokal, tetapi mengisi celah yang belum terpenuhi. Sambil itu, pemerintah tetap berkomitmen mendukung peternak dalam negeri agar bisa bersaing di pasar terbuka.