Cucu Soeharto Berharap Sang Kakek Raih Gelar Pahlawan Nasional
TrenHarapan – Rasa bangga dan haru tergambar jelas dari Danty Indriastuti Purnamasari, cucu Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto, saat menyampaikan harapannya agar sang kakek mendapat gelar pahlawan nasional. Ditemui di NasDem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Minggu (9/11/2025), Danty berbicara dengan nada tulus. “Jujur, kalau namanya sebagai cucu, pasti harapannya adalah beliau mendapatkan gelar pahlawan,” ujarnya. Danty mengaku, pengabdian Soeharto selama 32 tahun telah meninggalkan warisan besar bagi bangsa. Ia menilai, masyarakat Indonesia masih merasakan hasil pembangunan yang dirintis kakeknya. “Jadi kita harus mengapresiasikan itu juga,” katanya. Bagi Danty, perjuangan Soeharto bukan sekadar sejarah politik, tetapi perjalanan panjang seorang pemimpin yang membangun negeri dari keterpurukan menuju kemandirian.
Soeharto dan Jejak 32 Tahun Pembangunan
Selama tiga dekade kepemimpinan Soeharto, Indonesia mengalami berbagai transformasi besar. Danty mengingatkan publik bahwa pembangunan di masa Orde Baru tak hanya soal infrastruktur, tetapi juga pemberdayaan ekonomi rakyat dan swasembada pangan. “Dulu kita pernah swasembada pangan, ada Klompencapir yang mengajarkan petani bagaimana meningkatkan hasil panen,” ucapnya. Ia menilai, kebijakan Soeharto berhasil memperkuat sektor pertanian dan memperkenalkan semangat gotong royong dalam pembangunan nasional. Meski banyak kebijakan Soeharto menuai pro dan kontra, Danty menegaskan bahwa jasa besar sang kakek terhadap bangsa tidak bisa dihapus. “Namanya manusia juga tidak luput dari kesalahan. Tapi hal positifnya pun banyak, dan masyarakat merasakannya,” ujar Danty dengan nada tegas namun lembut.
“Baca Juga : Tangis Haru Sambut Kepulangan Bilqis, Balita Korban Dugaan TPPO di Makassar”
Menjawab Pro dan Kontra Publik
Danty tak menampik bahwa usulan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto memicu perdebatan di masyarakat. Sebagian menilai jasa Soeharto pantas dihargai, sementara sebagian lain menyoroti masa kelam Orde Baru. Namun bagi Danty, hal itu merupakan bagian dari demokrasi yang sehat. “Kalau namanya pro dan kontra, itu hak setiap manusia,” katanya. Ia mengajak masyarakat untuk menilai sosok Soeharto secara menyeluruh, dengan menimbang kontribusi besar yang pernah diberikan untuk Indonesia. Menurut Danty, semangat Soeharto dalam membangun bangsa layak dikenang, bukan sekadar diperdebatkan. “Kita harus belajar dari masa lalu, termasuk hal-hal baik yang sudah beliau lakukan,” ujarnya sambil tersenyum tipis.
Harapan Menjelang Hari Pahlawan
Menjelang peringatan Hari Pahlawan 10 November 2025, Danty tak bisa menyembunyikan rasa harapnya. Ia mengaku telah mendengar kabar bahwa sejumlah nama tengah dipertimbangkan pemerintah untuk mendapat gelar pahlawan nasional, termasuk Soeharto. “Kalau itu (undangan), saya belum bisa jawab. Tapi mohon doa restunya dari semua, mudah-mudahan ya Pak Harto mendapatkan gelar pahlawan,” katanya penuh harap. Bagi keluarga besar Cendana, penghargaan itu bukan sekadar simbol, melainkan bentuk pengakuan atas dedikasi panjang Soeharto terhadap bangsa. Danty berharap momen Hari Pahlawan menjadi pengingat bahwa perjuangan membangun negeri tidak hanya dilakukan di medan perang, tetapi juga lewat kerja keras dan kebijakan yang menyentuh kehidupan rakyat.
“Simak Juga : Utang Pinjol dan Paylater Warga Indonesia Tembus Rp 101,3 Triliun per September 2025”
Proses Panjang Penentuan Gelar Pahlawan
Pemerintah diketahui tengah menggodok 40 nama calon penerima gelar pahlawan nasional. Proses seleksi ini dilakukan secara ketat oleh tim khusus Kementerian Sosial, sebelum akhirnya diserahkan kepada Presiden. Di antara nama-nama tersebut, perhatian publik tertuju pada tiga tokoh besar: Soeharto, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan aktivis buruh Marsinah. Ketiganya dinilai memiliki kontribusi penting bagi perjalanan bangsa di bidang yang berbeda. Namun, proses pemberian gelar pahlawan tak lepas dari dinamika politik dan persepsi publik yang beragam. “Kita serahkan kepada pemerintah dan sejarah yang menilai,” kata Danty. Ia yakin bahwa apa pun hasilnya, jasa Soeharto akan selalu tercatat dalam lembaran perjalanan panjang bangsa Indonesia.
Mengenang Warisan Sang Kakek
Bagi Danty, sosok Soeharto bukan sekadar pemimpin negara, tetapi juga figur keluarga yang sederhana dan penuh kasih. Ia mengenang kakeknya sebagai pribadi yang disiplin, tetapi lembut kepada cucu-cucunya. “Beliau selalu mengajarkan tentang tanggung jawab dan kesederhanaan,” kenangnya. Nilai-nilai itulah yang menurut Danty masih relevan hingga kini, terutama bagi generasi muda. Ia berharap, kisah hidup Soeharto bisa menjadi pelajaran tentang bagaimana seorang pemimpin menempatkan rakyat sebagai prioritas. “Apapun pandangan orang, saya bangga menjadi cucunya. Kakek telah memberikan yang terbaik untuk negeri ini,” tuturnya pelan. Kata-kata itu mencerminkan kebanggaan, cinta, dan doa seorang cucu kepada sosok yang pernah memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade.


