Tes TBC Cukup dengan Swab Mulut Mulai 2026, Langkah Baru Pemerintah Lawan Penyakit Lama
TrenHarapan – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan terobosan penting dalam penanganan tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Mulai tahun 2026, pemerintah akan menggunakan alat tes TBC terbaru berbasis swab mulut, bukan lagi dahak seperti metode konvensional. Dalam keterangannya di Sidoarjo, Minggu (9/11/2025), Budi menyebut cara ini akan mempermudah masyarakat melakukan pemeriksaan tanpa rasa tidak nyaman. “Kalau bisa cepat skrining atau preventif, obatnya sebenarnya sudah ada. Cuma nemuinnya penderitanya yang susah,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa TBC sering tidak terdeteksi dini karena gejalanya mirip batuk biasa. Dengan metode baru ini, pemerintah berharap masyarakat lebih mau melakukan tes rutin, sehingga kasus dapat ditemukan dan diobati lebih cepat.
Teknologi Baru, Tes Cepat dan Nyaman
Alat tes TBC terbaru ini dikembangkan sebagai alat portable, kecil, dan mudah digunakan di fasilitas kesehatan mana pun. Menkes Budi menjelaskan bahwa alat tersebut tidak membutuhkan laboratorium khusus dan bisa digunakan langsung di puskesmas maupun klinik. “Alatnya kecil, portable, dan tidak butuh laboratorium. Nanti bisa langsung dipakai di puskesmas,” ujarnya. Secara prinsip, cara kerjanya mirip rapid test Covid-19, hanya memerlukan usapan ringan di area mulut. Prosesnya cepat, tanpa rasa sakit, dan hasilnya bisa langsung diketahui di tempat. Tes ini diharapkan mempercepat skrining di daerah terpencil yang selama ini sulit mengakses fasilitas diagnostik canggih.
“Baca Juga : Benarkah Makan Daging Merah Bisa Sebabkan Kanker Payudara? Ini Penjelasan Dokter”
Akurasi Setara Laboratorium Konvensional
Inovasi ini bukan sekadar lebih mudah, tetapi juga terbukti sama akuratnya dengan tes laboratorium tradisional. Hasil uji coba di salah satu laboratorium di Jawa Barat menunjukkan tingkat akurasi tinggi dan stabil. “Alat ini akurasinya sama dengan hasil laboratorium konvensional,” kata Budi. Selain menghemat waktu, metode ini menghilangkan kebutuhan pengambilan sampel dahak yang selama ini menjadi kendala utama. Dengan hanya melakukan swab di area mulut, pemeriksaan TBC menjadi jauh lebih cepat dan nyaman. Hal ini menjadi kabar baik bagi tenaga kesehatan dan pasien, karena proses diagnostik yang lebih sederhana akan mempercepat penanganan dan mencegah penularan lebih luas di masyarakat.
Bagian dari Program One Stop Service (OSS)
Penerapan alat tes TBC berbasis swab mulut merupakan bagian dari program One Stop Service (OSS) yang digagas Kementerian Kesehatan. Program ini mengintegrasikan pemeriksaan rontgen dada, nPOCT, dan TCM dalam satu kunjungan pasien. “OSS sudah diuji coba di delapan puskesmas di Bandung, Kota Bogor, dan Semarang,” jelas Budi. Proyek ini dijalankan bersama Universitas Padjadjaran dan Bank Dunia, dengan target ekspansi ke 100 titik pada tahun 2025. Tahun depan, cakupannya akan diperluas ke delapan provinsi termasuk Jawa Timur. Konsep ini memungkinkan pasien menjalani pemeriksaan lengkap dalam satu waktu, menghemat biaya, serta meningkatkan deteksi dini berbagai penyakit menular termasuk TBC.
Angka Kasus Masih Tinggi, Deteksi Dini Jadi Kunci
Data Kementerian Kesehatan mencatat, setiap tahun terdapat sekitar satu juta kasus TBC di Indonesia dengan angka kematian mencapai 136.000 jiwa. Banyak kasus terlambat ditemukan karena gejalanya tidak khas dan pemeriksaan masih terbatas di laboratorium besar. Jawa Timur menjadi provinsi dengan kasus TBC tertinggi kedua di Indonesia, yakni 116.538 kasus, hanya kalah dari Jawa Barat. Menkes Budi menekankan pentingnya memperluas akses tes cepat di daerah-daerah prioritas agar penemuan kasus meningkat. Dengan alat baru ini, pemerintah optimistis bisa memutus rantai penularan lebih efektif dan mempercepat pencapaian target eliminasi TBC nasional pada tahun 2030.
“Simak Juga : Robot IRON: Wujud Baru Humanoid Feminin dari Xpeng yang Menyerupai Manusia”
Inovasi Teknologi untuk Pemerataan Layanan Kesehatan
Terobosan ini mencerminkan arah baru kebijakan kesehatan Indonesia: mengutamakan inovasi yang sederhana, cepat, dan bisa diakses semua kalangan. Selama ini, kesulitan diagnosis TBC menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka kematian. Dengan alat swab mulut yang praktis dan akurat, layanan kesehatan akan lebih merata hingga ke tingkat puskesmas. Pemerintah berkomitmen memastikan distribusi alat ini ke seluruh wilayah, terutama daerah dengan angka TBC tinggi. Langkah ini sekaligus menunjukkan keseriusan Indonesia dalam mengadopsi teknologi kesehatan global tanpa meninggalkan aspek kemanusiaan menghadirkan solusi yang tidak hanya efektif, tapi juga memanusiakan pasien.
Harapan Baru Menuju Indonesia Bebas TBC
Inovasi alat tes swab mulut ini memberi harapan baru dalam perjuangan panjang melawan TBC, penyakit yang telah lama menjadi beban kesehatan nasional. Dengan pendekatan yang lebih cepat, praktis, dan ramah pasien, Kemenkes berupaya mengubah paradigma penanganan TBC dari reaktif menjadi preventif. Jika seluruh puskesmas dan klinik bisa melakukan deteksi dini, maka peluang penyembuhan akan semakin besar. Program ini bukan hanya soal alat, tapi juga perubahan cara pandang bahwa setiap teknologi harus mendekatkan manusia pada kesehatan, bukan menakut-nakuti mereka. Melalui inovasi ini, Indonesia melangkah lebih dekat menuju masa depan di mana TBC bukan lagi ancaman, melainkan sejarah yang berhasil dilampaui.


