Tren Harapan – Teknologi 5G menjadi salah satu pilar penting dalam transformasi digital Indonesia. Untuk mengoptimalkan jaringan 5G, pemerintah dan operator perlu melakukan refarming spektrum mid-band. Spektrum ini berada di kisaran 2,3 GHz hingga 3,5 GHz. Mid-band dinilai sebagai spektrum paling ideal karena seimbang antara cakupan dan kecepatan. Inilah alasan refarming menjadi prioritas.
Refarming spektrum adalah proses mengalihkan penggunaan frekuensi dari satu teknologi ke teknologi lain. Misalnya dari 3G ke 5G. Frekuensi tidak bertambah, tapi dialihkan. Tujuannya agar jaringan lebih efisien. Tanpa refarming, penyebaran 5G akan terhambat. Karena frekuensi idealnya sudah dipakai layanan lama. Pemerintah lewat Kominfo mendorong refarming dilakukan serentak oleh semua operator.
“Baca Juga : Pasien Rhabdomyolysis: Dari Fit Menjadi Kritis”
Spektrum mid-band disebut “sweet spot” karena karakternya yang seimbang. Ia punya jangkauan cukup luas, tapi tetap mendukung kecepatan tinggi. Cocok untuk daerah urban dan suburban. Tidak seperti low-band yang lambat. Atau high-band yang jangkauannya sangat pendek. Mid-band membuat pengalaman 5G jadi maksimal. Baik untuk video streaming, game online, maupun aplikasi industri.
Kementerian Komunikasi dan Informatika terus menyiapkan regulasi pendukung. Salah satunya adalah harmonisasi spektrum. Tujuannya agar tidak terjadi gangguan antar operator. Pemerintah juga menyiapkan insentif bagi operator yang aktif melakukan refarming. Termasuk kemudahan administrasi dan perizinan. Langkah ini penting untuk mendorong investasi infrastruktur jaringan.
“Simak juga: Manfaat Alpukat untuk Mata Sehat dan Risiko Kanker yang Rendah”
Proses refarming bukan tanpa hambatan. Salah satu tantangan utama adalah perangkat lama yang masih digunakan masyarakat. Banyak ponsel belum mendukung jaringan 5G. Operator harus hati-hati agar tidak mematikan layanan yang masih dibutuhkan. Selain itu, biaya migrasi cukup besar. Termasuk penggantian BTS dan perangkat pendukung. Semua ini memerlukan waktu dan strategi matang.
Operator seperti Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo Hutchison mulai melakukan uji coba refarming. Mereka memindahkan sebagian spektrum dari layanan 3G ke 4G atau langsung ke 5G. Dengan begitu, alokasi frekuensi menjadi lebih optimal. Operator juga mulai mensosialisasikan 5G kepada pelanggan. Edukasi ini penting agar transisi berjalan mulus. Karena teknologi baru hanya efektif jika digunakan secara luas.
Jika refarming berhasil, dampaknya sangat besar untuk ekonomi. Jaringan 5G yang cepat dan stabil mendorong produktivitas. Industri seperti logistik, pertanian, dan manufaktur akan merasakan langsung manfaatnya. Internet of Things (IoT) juga semakin berkembang. Dengan koneksi latensi rendah, robot industri dan kendaraan otonom bisa beroperasi lebih efisien. Semua ini bisa meningkatkan daya saing nasional.
Refarming tidak bisa berjalan tanpa kolaborasi. Pemerintah, operator, dan pelaku industri harus duduk bersama. Perencanaan spektrum harus disusun jangka panjang. Jangan sampai spektrum jadi rebutan antar sektor. Perlu ada pendekatan win-win solution. Pemerintah juga bisa menggandeng universitas dan peneliti. Mereka bisa berkontribusi lewat kajian teknis dan inovasi jaringan.
Setelah refarming dimulai, langkah berikutnya adalah mempercepat pembangunan infrastruktur. BTS 5G harus ditambah, terutama di kota-kota besar. Sementara di daerah terpencil, pemerintah bisa memberi insentif. Operator juga perlu memastikan jaringan tetap stabil selama proses transisi. Jika semua berjalan sesuai rencana, Indonesia bisa mengejar ketertinggalan dalam adopsi 5G.