Produsen Ban Michelin Tanggapi Isu PHK Massal dengan Dialog dan Komitmen Hukum
TrenHarapan – Ratusan karyawan PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA), produsen ban Michelin Indonesia, tengah menghadapi ketidakpastian usai kabar rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) massal mencuat. Di tengah keresahan itu, pihak perusahaan memastikan bahwa seluruh proses penyesuaian dilakukan sesuai ketentuan hukum yang berlaku. “Perusahaan tengah melakukan proses penyesuaian yang dijalankan sesuai dengan ketentuan hukum,” ujar Corporate Communication Manager Michelin Indonesia, Monika Rensina, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/11/2025) malam. Pernyataan ini sekaligus menjadi klarifikasi atas kekhawatiran publik terhadap kemungkinan adanya pelanggaran prosedur ketenagakerjaan. PT MASA, yang dikenal sebagai salah satu produsen ban terbesar di Asia Tenggara, menegaskan komitmennya untuk tetap menjunjung keadilan dan menghormati hak-hak para pekerja.
Dialog Terbuka Jadi Jalan Tengah
Monika menekankan bahwa perusahaan membuka ruang dialog dengan serikat pekerja dan perwakilan karyawan. Langkah ini diambil untuk menjaga hubungan industrial yang harmonis serta mencari solusi terbaik bagi kedua belah pihak. “Kami tetap membuka ruang dialog dengan serikat pekerja dan perwakilan karyawan,” katanya. Dalam pandangannya, komunikasi yang terbuka dan transparan merupakan kunci untuk mencegah kesalahpahaman di tengah situasi yang sensitif ini. Ia juga menegaskan bahwa PT MASA berkomitmen menjalankan setiap proses secara damai dan konstruktif, dengan tetap menghormati aspirasi para pekerja. Bagi Monika, dialog bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk nyata tanggung jawab sosial perusahaan kepada karyawannya yang selama ini menjadi bagian penting dari pertumbuhan bisnis Michelin di Indonesia.
“Baca Juga : Tangis Haru Adies Kadir dan Uya Kuya Usai Dinyatakan Tak Langgar Etik oleh MKD DPR RI”
Komitmen Perusahaan terhadap Hak Pekerja
Dalam menghadapi situasi ini, Monika memastikan bahwa hak-hak pekerja tetap dihormati sepenuhnya. Pihak perusahaan memahami bahwa kabar PHK membawa kecemasan, terutama bagi mereka yang telah lama bekerja. Karena itu, PT MASA berupaya memberikan kompensasi yang adil dan sepadan. “Kami berkomunikasi secara langsung dan personal dengan karyawan yang terdampak, memberikan paket kompensasi yang kompetitif, serta akses terhadap berbagai sumber daya untuk membantu mereka dalam melangkah ke tahap berikutnya,” ujar Monika. Sikap ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya fokus pada kepatuhan hukum, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Pendekatan tersebut menjadi upaya menjaga reputasi Michelin sebagai perusahaan global yang menjunjung tinggi prinsip etika dan tanggung jawab sosial.
Respons atas Sidak Wakil Ketua DPR RI
Perhatian publik terhadap isu PHK massal ini menarik respons dari pemerintah dan parlemen. Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, bersama anggota DPR Saan Mustopa dan Satgas Perlindungan Tenaga Kerja DPR RI, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pabrik PT MASA di Cikarang. Kedatangan mereka bertujuan memastikan bahwa kebijakan perusahaan tidak melanggar aturan dan tetap memprioritaskan kesejahteraan pekerja. Menanggapi hal itu, Monika menyatakan bahwa perusahaan menyambut baik dan menghargai langkah pengawasan tersebut. “Kami sangat menghargai perhatian dan masukan yang disampaikan oleh Bapak Wakil Ketua DPR RI,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa masukan dari Dasco dan tim DPR RI telah ditampung sebagai bahan evaluasi agar proses berjalan transparan dan sesuai peraturan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia.
Upaya Menjaga Hubungan Industrial yang Harmonis
Meski tengah dalam masa sulit, PT MASA tetap menekankan pentingnya menjaga hubungan industrial yang harmonis. Monika menyebutkan bahwa perusahaan ingin memastikan seluruh proses dilakukan tanpa gesekan, baik dengan pekerja maupun serikat buruh. “Kami ingin dialog ini berjalan dengan damai, terbuka, dan membangun,” tuturnya. Pendekatan ini mencerminkan filosofi bisnis Michelin yang menempatkan manusia sebagai pusat dari setiap kebijakan perusahaan. Di sisi lain, langkah ini juga diharapkan dapat mencegah potensi gejolak sosial yang mungkin timbul akibat ketidaksepahaman antara manajemen dan pekerja. Dalam konteks industri manufaktur besar, harmoni antara perusahaan dan karyawan menjadi fondasi penting untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan usaha.
Dampak PHK dan Tantangan Industri
Fenomena PHK massal di sektor manufaktur bukan hal baru di Indonesia. Berbagai tekanan ekonomi global, penurunan permintaan ekspor, serta efisiensi produksi membuat banyak perusahaan harus melakukan penyesuaian. PT MASA pun tidak luput dari situasi tersebut. Namun, berbeda dengan banyak kasus lain, Michelin memilih jalur komunikasi dan tanggung jawab sosial sebagai prioritas. Dengan memberikan kompensasi yang layak dan mendukung transisi karier karyawan, perusahaan menunjukkan bahwa efisiensi tidak harus mengorbankan nilai kemanusiaan. Langkah ini bisa menjadi contoh bagi industri lain tentang bagaimana menghadapi tantangan bisnis dengan tetap menjunjung tinggi martabat pekerja. Dalam dunia kerja yang terus berubah, pendekatan seperti ini menjadi cerminan keseimbangan antara profit dan empati.
Menatap Masa Depan dengan Sikap Terbuka
Keputusan PT MASA untuk menyesuaikan struktur tenaga kerja bukan akhir dari segalanya. Bagi perusahaan, ini adalah bagian dari proses adaptasi terhadap dinamika industri global. Michelin berkomitmen untuk terus berinovasi, mempertahankan kualitas produk, dan memperkuat posisinya di pasar Asia. Di sisi lain, bagi para pekerja, masa ini bisa menjadi kesempatan untuk memulai babak baru dengan dukungan yang telah disiapkan perusahaan. “Kami ingin semua pihak memahami bahwa langkah ini dilakukan dengan penuh pertimbangan dan rasa tanggung jawab,” kata Monika menutup pernyataannya. Dalam suasana penuh empati, kisah ini bukan hanya tentang PHK, tetapi tentang bagaimana dialog, transparansi, dan rasa kemanusiaan tetap hidup di tengah tantangan ekonomi yang kompleks.


