Trenharapan – Kasus kanker usus yang dulu identik dengan usia lanjut, kini mulai menyerang kelompok usia muda. Salah satu bukti nyata datang dari kisah Hana Lailaszma, seorang perempuan asal Jakarta Timur yang divonis menderita kanker usus stadium 2 saat usianya baru 20 tahun. Kondisi ini membuka mata banyak orang bahwa kanker kini tidak pandang umur.
“Baca juga : Healthy Diet Menu for Better Lifestyle and Long-Term Wellness “
Hana mengungkapkan bahwa ia awalnya tidak merasakan gejala serius. Semua bermula saat ia mengalami sakit perut mendadak yang terasa berbeda dari biasanya. Nyeri itu sangat intens, sampai membuatnya sulit bernapas dan hampir tidak bisa berdiri. Meski sempat mengonsumsi obat nyeri yang dijual bebas, keluhan itu tidak kunjung mereda.
Karena rasa sakit tak tertahankan, Hana memutuskan untuk pergi ke klinik 24 jam. Di sana ia hanya mendapatkan suntikan pereda nyeri, dan rasa sakitnya memang sempat hilang. Namun, itu hanya bersifat sementara. Beberapa waktu setelahnya, muncul gejala baru yang justru makin mengkhawatirkan—buang air besar (BAB) berdarah.
Darah yang keluar setiap kali BAB terus bertambah jumlahnya. Kondisi tubuh Hana pun semakin lemas dan pucat. Meski begitu, dokter di klinik sempat mendiagnosisnya hanya menderita ambeien dan memberinya obat yang harus dikonsumsi selama tiga bulan. Namun sayangnya, pengobatan itu tidak memberikan perubahan berarti.
Kondisi tubuh yang semakin melemah membuat Hana kembali ke klinik. Kali ini, ia diminta melakukan tes darah lengkap di puskesmas. Hasilnya mengejutkan—kadar hemoglobin (HB) dalam darahnya hanya 7, jauh di bawah batas normal 14. Ini menunjukkan bahwa tubuhnya telah kehilangan banyak darah akibat pendarahan di usus.
Setelah melakukan pemeriksaan lanjutan berupa USG dan CT scan, barulah ditemukan massa tumor di bagian usus Hana. Diagnosis akhir pun mengarah pada kanker usus stadium 2. Di usia yang masih sangat muda, Hana harus menerima kenyataan pahit yang tak disangka sebelumnya.
Hana menyebut beberapa faktor yang kemungkinan menjadi pemicu kanker usus yang ia alami. Pertama, riwayat keluarga yang memang pernah mengidap penyakit serupa. Kedua, pola makan yang buruk—terlalu sering konsumsi makanan pedas, tidak seimbang antara karbohidrat dan protein, serta minimnya asupan serat dalam makanan sehari-hari.
Hana berpesan agar anak muda mulai memperhatikan gejala-gejala kecil yang mungkin sering diabaikan. BAB yang sulit, jarang, atau berdarah tidak boleh dianggap sepele. Ia mendorong siapa pun untuk segera memeriksakan diri jika mengalami gangguan pencernaan yang berulang. Menurutnya, deteksi dini bisa menjadi penyelamat hidup.