Tren Harapan – Baru-baru ini, Bambang Susantono, Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), mengusulkan konsep yang menarik terkait hubungan antara Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Jakarta. Menurutnya, IKN dan Jakarta bisa menjadi kota kembar yang saling melengkapi, baik dari sisi ekonomi, budaya, maupun administrasi. Usulan ini muncul seiring dengan pembangunan IKN sebagai pusat pemerintahan baru, sementara Jakarta tetap berperan sebagai pusat bisnis dan perdagangan.
Melalui artikel ini, kita akan membahas lebih mendalam mengenai usulan tersebut. Selain itu, kita akan melihat bagaimana konsep kota kembar dapat memengaruhi hubungan antara Jakarta dan IKN, serta dampak jangka panjang bagi pembangunan ekonomi dan tata kelola pemerintahan di Indonesia.
Seperti yang telah diketahui, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur adalah proyek strategis nasional yang sedang dalam tahap realisasi. Keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahan dari Jakarta ke IKN bertujuan mengurangi beban Jakarta yang sudah menghadapi berbagai masalah, seperti kepadatan penduduk dan kemacetan. Sementara IKN akan dirancang sebagai kota berkelanjutan, Jakarta akan tetap menjadi pusat ekonomi terbesar di Indonesia.
Namun, dengan perpindahan ini, muncul kekhawatiran bahwa Jakarta akan kehilangan perannya. Oleh karena itu, Bambang Susantono mengusulkan konsep kota kembar sebagai solusi untuk mempertahankan peran strategis Jakarta sambil memperkenalkan IKN sebagai pusat pemerintahan baru.
“Baca juga : Bagaimana Kebijakan Moneter BI Mempengaruhi Stabilitas Rupiah?.”
Bambang Susantono berpendapat bahwa kota kembar adalah solusi untuk menjaga keseimbangan peran. Konsep ini memungkinkan keduanya bekerja sama secara sinergis. Jakarta, meskipun tak lagi menjadi ibu kota pemerintahan, tetap akan menjadi pusat bisnis dan ekonomi. Sebaliknya, IKN akan berfungsi sebagai pusat administrasi yang modern, mendukung tata kelola pemerintahan yang lebih efisien.
Selain itu, Bambang percaya bahwa dengan konektivitas yang baik, Jakarta dan IKN dapat saling mendukung, sehingga mendorong pembangunan nasional yang lebih merata.
Dalam konsep kota kembar, ada pembagian peran yang jelas antara Jakarta dan IKN. Di satu sisi, Jakarta akan terus berfungsi sebagai pusat bisnis, keuangan, dan perdagangan. Di sisi lain, IKN akan berperan sebagai pusat pemerintahan. Hal ini memungkinkan kedua kota untuk fokus pada peran masing-masing tanpa saling bersaing.
Namun, sinergi ini tidak hanya tentang pembagian peran, melainkan juga tentang kerja sama dalam berbagai sektor. Misalnya, perusahaan-perusahaan besar yang berkantor pusat di Jakarta akan memiliki akses mudah ke instansi pemerintahan di IKN melalui jalur transportasi yang efisien.
Agar konsep kota kembar ini dapat berjalan dengan lancar, keterhubungan infrastruktur antara Jakarta dan IKN menjadi sangat penting. Bambang Susantono menekankan perlunya pengembangan infrastruktur transportasi yang menghubungkan kedua kota, seperti bandara, pelabuhan, dan jaringan kereta api cepat. Dengan demikian, mobilitas antara Jakarta dan IKN dapat berlangsung secara cepat dan efisien.
Selain itu, pengembangan konektivitas digital juga akan memainkan peran penting. Dengan adanya sistem smart city di kedua kota, proses administrasi dan bisnis akan lebih mudah diintegrasikan, memperkuat kerja sama dan sinergi antara Jakarta dan IKN.
Salah satu dampak positif dari konsep kota kembar adalah desentralisasi pertumbuhan ekonomi. Jakarta tidak lagi menjadi satu-satunya pusat ekonomi di Indonesia, karena IKN juga akan berkembang sebagai pusat baru. Dengan adanya pembagian peran ini, pertumbuhan ekonomi bisa tersebar lebih merata ke seluruh Indonesia.
Selain itu, pembangunan IKN akan membuka peluang ekonomi baru di Kalimantan dan wilayah sekitarnya. Hal ini akan mendorong munculnya investasi baru dan menciptakan lapangan kerja, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan ekonomi di wilayah tersebut.
Selain meningkatkan distribusi ekonomi, konsep kota kembar juga dapat menarik investasi besar ke Indonesia. Dengan IKN yang baru dibangun dan Jakarta yang terus menjadi pusat bisnis, investor domestik dan internasional akan memiliki banyak peluang untuk berinvestasi dalam proyek infrastruktur, teknologi, dan real estate di kedua kota tersebut.
Lebih lanjut, pembangunan infrastruktur yang baik antara Jakarta dan IKN akan memperkuat daya tarik investasi. Konektivitas yang efisien, baik secara fisik maupun digital, akan memastikan bahwa kedua kota dapat tumbuh bersama secara harmonis.
Tentu saja, tantangan terbesar dalam mewujudkan konsep kota kembar ini adalah masalah pendanaan. Pembangunan IKN membutuhkan investasi yang sangat besar, sementara Jakarta juga memerlukan peningkatan infrastruktur untuk tetap menjadi pusat bisnis yang kompetitif. Pemerintah perlu bekerja sama dengan sektor swasta dan mencari sumber pendanaan yang berkelanjutan untuk memastikan keberhasilan proyek ini.
Selain itu, implementasi proyek-proyek besar ini memerlukan perencanaan yang matang dan eksekusi yang tepat. Koordinasi antara berbagai lembaga dan kementerian juga menjadi kunci dalam menghindari hambatan birokrasi yang dapat memperlambat proses pembangunan.
Konektivitas tidak hanya penting dalam aspek fisik, tetapi juga dalam konektivitas digital. Kedua kota ini perlu memiliki sistem teknologi yang saling terhubung, seperti jaringan 5G dan IoT untuk mendukung smart city yang efisien. Tanpa infrastruktur digital yang memadai, integrasi akan sulit diwujudkan.
Membangun konektivitas fisik yang memadai, seperti jaringan transportasi cepat, juga penting untuk mendukung mobilitas yang lebih baik antara kedua kota.