Ekonomi

5 Tanda Ekonomi Indonesia Sedang Dalam Bahaya, Wajib Waspada!

Tren Harapan – 5 Tanda Ekonomi Indonesia Sedang Dalam Bahaya yang harus diperhatikan oleh setiap warga negara, mulai dari data ekonomi yang menunjukkan penurunan hingga gejala-gejala lain yang perlu diwaspadai. Beberapa indikator utama menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia sedang menghadapi masa-masa sulit. Mulai dari pertumbuhan ekonomi yang melambat hingga deflasi yang terjadi selama berbulan-bulan. Berikut adalah lima tanda yang perlu diperhatikan.

PDB RI Tumbuh Lebih Rendah

Salah satu tanda utama ekonomi Indonesia dalam bahaya adalah turunnya laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Pada kuartal II-2024, PDB Indonesia hanya tumbuh 5,05% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,11%. Penurunan ini menjadi indikasi bahwa ekonomi Indonesia mulai kehilangan daya dorong yang sebelumnya dihasilkan oleh aktivitas domestik seperti Pemilu dan Lebaran. Meskipun Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis ekonomi akan tetap tumbuh stabil di atas 5% pada kuartal berikutnya, penurunan ini tetap menjadi perhatian besar.

“Baca juga: Uang Beredar di Indonesia Tembus Rp9.078 Triliun pada Oktober 2024”

PMI Manufaktur Kembali Terkontraksi

Indikator lain yang menunjukkan bahaya bagi ekonomi Indonesia adalah kembali terkontraksinya PMI (Purchasing Managers’ Index) sektor manufaktur. PMI Indonesia tercatat di angka 49,2 pada September 2024, yang menandakan penurunan kinerja manufaktur. Kondisi ini mencerminkan bahwa sektor industri yang merupakan salah satu pilar utama ekonomi Indonesia sedang mengalami kesulitan, terutama akibat lesunya permintaan global. Selain itu, penurunan permintaan ekspor yang terjadi selama tujuh bulan berturut-turut turut berkontribusi terhadap kontraksi tersebut.

Deflasi 5 Bulan Beruntun

Indonesia juga tengah mengalami deflasi yang berlangsung selama lima bulan berturut-turut, dari Mei hingga September 2024. Angka Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September tercatat turun 0,12%. Kondisi ini mengingatkan pada situasi krisis ekonomi pada tahun 1998. Deflasi yang berlangsung lebih dari satu bulan menunjukkan melemahnya daya beli masyarakat. Hal ini juga terkait dengan penurunan permintaan yang disebabkan oleh tingginya angka pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK).

“Simak juga: Faktor Penyebab Rupiah Melemah: Penjelasan Bos Bank Indonesia”

PHK Makin Tak Terkendali

Meningkatnya jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi salah satu indikator krisis di ekonomi Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah PHK pada September 2024 tercatat sebanyak 52.993 tenaga kerja, meningkat 25,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor yang paling banyak terkena dampak adalah sektor manufaktur, seperti industri tekstil, garmen, dan alas kaki. Kenaikan cukai rokok turut menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya PHK di sektor-sektor ini.

Penerimaan Negara Turun

Tanda terakhir yang menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia yang sedang dalam bahaya adalah penurunan penerimaan negara. Hingga Agustus 2024, penerimaan negara tercatat Rp1.777 triliun, atau 63,4% dari target APBN 2024. Penerimaan pajak juga mengalami penurunan signifikan, terutama dari sektor pajak penghasilan non-migas dan migas. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga komoditas serta berkurangnya produksi minyak bumi. Jika kondisi ini berlanjut, penerimaan negara akan sulit memenuhi target, yang berdampak pada perekonomian negara.

Dengan adanya 5 tanda ekonomi Indonesia sedang dalam bahaya. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mencari solusi agar kondisi ekonomi ini tidak berlarut-larut dan dapat segera dipulihkan.