Gelombang PHK di Pabrik Sepatu Tangerang: 2.200 Pekerja Kehilangan Pekerjaan

Gelombang PHK di Pabrik Sepatu Tangerang: 2.200 Pekerja Kehilangan Pekerjaan

TrenHarapan – Sebanyak 2.200 pekerja di pabrik sepatu PT Victory Chingluh di Tangerang, Banten, harus menerima kenyataan pahit setelah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) pada Oktober 2025. Berdasarkan data Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), ini bukan kali pertama perusahaan melakukan PHK besar-besaran. Pada Januari 2025, sekitar 2.400 karyawan juga diberhentikan. Sekretaris Jenderal KASBI, Andi Kristiantono, mengatakan bahwa gelombang PHK kali ini merupakan lanjutan dari kebijakan yang sama. “PHK saat ini merupakan rangkaian dari yang sebelumnya,” ujarnya kepada Kompas.com. PT Victory Chingluh dikenal sebagai pabrik besar yang memproduksi sepatu untuk merek internasional Nike. Karena itu, kabar ini mengejutkan banyak pihak, terutama para pekerja yang menggantungkan hidupnya pada industri manufaktur sepatu tersebut.

Pekerja Terima Pesangon, Namun Pemerintah Dinilai Abai

KASBI memastikan bahwa para pekerja yang terdampak telah menerima pesangon sesuai aturan. Meski begitu, Andi menilai pemerintah belum menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. “Negara seharusnya mencegah terjadinya PHK, tapi faktanya pemerintah tidak berperan aktif,” ujarnya. Ia menambahkan, ribuan pekerja kini kehilangan penghasilan tanpa ada jaminan pekerjaan baru. Kondisi ini mencerminkan lemahnya sistem perlindungan tenaga kerja di Indonesia. Menurut Andi, buruh selalu menjadi pihak paling dirugikan ketika perusahaan melakukan efisiensi atau penyesuaian produksi. Bagi banyak keluarga, kehilangan pekerjaan bukan sekadar soal ekonomi, tetapi juga pukulan terhadap kehidupan dan masa depan mereka.

“Baca Juga : KAI Services Buka Lowongan Pramugara dan Pramugari Kereta Api, Ini Syarat dan Cara Daftarnya”

Penyebab PHK yang Dipertanyakan Serikat Buruh

Pihak perusahaan mengklaim bahwa PHK terjadi karena banyaknya produk yang dikembalikan (retur) oleh pembeli. Namun, KASBI menilai alasan ini tidak masuk akal. Andi menjelaskan bahwa di Tangerang ada dua pabrik besar yang sama-sama menjadi pemasok Nike, yaitu PT Victory Chingluh dan PT Chingluh. Anehya, hanya PT Victory Chingluh yang melakukan PHK, sementara PT Chingluh tetap beroperasi normal. “Secara faktanya, pabrik Chingluh yang satunya tetap berproduksi dan juga memasok untuk Nike. Jadi kenapa yang satu bisa lancar sementara yang lain tidak?” ujarnya. Bagi KASBI, alasan perusahaan terasa janggal. Mereka menduga ada masalah manajemen internal yang belum dijelaskan secara transparan kepada publik.

Kinerja Nike dan Keterkaitan dengan Produksi Lokal

Pada 2024, Nike mencatat keuntungan besar secara global. Namun pada 2025, perusahaan tersebut memang mengalami penurunan laba. Meski begitu, Andi menegaskan bahwa kondisi ini tidak berpengaruh langsung terhadap permintaan produksi di Indonesia. Berdasarkan penelusuran KASBI, beberapa pabrik pemasok Nike di Subang, Karawang, dan Garut masih beroperasi normal. “Kalau memang tidak ada pesanan, kenapa pabrik lain tetap berjalan lancar?” tegas Andi. Pernyataan ini memperkuat dugaan bahwa penyebab PHK di PT Victory Chingluh bukan karena penurunan pesanan, melainkan keputusan internal perusahaan. Menurut KASBI, efisiensi biaya sering kali dijadikan alasan untuk menutupi kebijakan yang sebenarnya mengorbankan pekerja.

“Simak Juga : Krakatau Steel Perkuat Fondasi Bisnis: Transformasi yang Membawa Harapan Baru”

Kondisi Pabrik dan Nasib Para Pekerja

Ribuan pekerja yang di-PHK kini menghadapi dampak sosial dan ekonomi yang berat. Banyak dari mereka menjadi pengangguran setelah bertahun-tahun bekerja di pabrik yang sama. Sebagian mencoba mencari pekerjaan baru di sektor manufaktur lain, sementara yang lain memilih pulang kampung karena tak lagi mampu bertahan di kota. Di tengah kondisi sulit ini, KASBI mendorong adanya dialog sosial antara pemerintah, perusahaan, dan serikat buruh untuk mencari solusi bersama. “Pekerja jangan terus dijadikan korban dari kebijakan efisiensi,” kata Andi. Ia berharap pemerintah lebih proaktif dalam mengawasi industri padat karya dan membangun sistem peringatan dini untuk mencegah PHK massal di masa mendatang.

Seruan untuk Transparansi dan Perlindungan Buruh

Selain menyoroti PHK massal, KASBI juga mempersoalkan minimnya transparansi perusahaan terkait kondisi keuangan. Hingga kini, PT Victory Chingluh belum memberikan penjelasan resmi mengenai alasan pasti di balik PHK ribuan karyawan tersebut. Padahal, Nike sebagai klien utama masih menunjukkan kinerja stabil di pasar global. Bagi KASBI, hal ini menegaskan perlunya audit independen terhadap laporan keuangan dan kebijakan perusahaan. “Kasus ini bukan hanya soal satu pabrik, tapi potret nyata kerentanan buruh di industri manufaktur global,” kata Andi. Ia menekankan bahwa pemerintah harus hadir, memastikan hak-hak pekerja terpenuhi, dan menegakkan keadilan bagi mereka yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi nasional.