Tren Harapan – Rhabdomyolysis adalah kondisi medis serius yang dapat menyerang siapa saja. Bahkan orang yang tampak sehat dan bugar. Penyakit ini menyerang otot dan bisa memicu kerusakan ginjal. Gejalanya sering muncul mendadak dan progresif. Dalam banyak kasus, pasien mengalami perubahan drastis dalam waktu singkat. Dari aktif dan sehat menjadi lemah bahkan tidak sadarkan diri. Banyak yang tidak menyadari bahwa aktivitas fisik ekstrem bisa memicunya. Rhabdomyolysis bukan penyakit langka. Tapi belum banyak yang memahami bahayanya secara menyeluruh. Padahal deteksi dini sangat penting untuk mencegah dampak yang fatal.
Rhabdomyolysis bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Latihan berat tanpa pemanasan cukup adalah salah satunya. Banyak orang melakukan olahraga intens secara tiba-tiba. Terutama setelah lama tidak beraktivitas fisik. Ini memicu kerusakan otot yang tidak langsung terasa. Selain itu, dehidrasi ekstrem juga jadi pemicu. Otot yang kekurangan cairan lebih mudah rusak. Obat-obatan tertentu, seperti statin atau antipsikotik, juga bisa menjadi pemicu. Trauma fisik berat seperti kecelakaan lalu lintas juga berisiko tinggi. Bahkan infeksi virus tertentu dapat memicu kondisi ini. Maka penting untuk selalu memantau kondisi tubuh pasca aktivitas berat.
“Baca Juga : Palmer Jadi Pilar Utama Chelsea, Statistiknya Tak Terbantahkan”
Gejala rhabdomyolysis sering kali muncul secara perlahan. Salah satunya adalah nyeri otot parah dan pembengkakan. Pasien juga sering merasa kelelahan ekstrem. Meski sudah istirahat, tubuh tetap terasa lemah. Warna urine bisa berubah menjadi cokelat gelap. Ini tanda adanya mioglobin dalam urine. Jika tidak segera ditangani, ginjal bisa mengalami kerusakan permanen. Mual, muntah, dan detak jantung tidak stabil juga dapat terjadi. Beberapa pasien bahkan mengalami kejang atau kehilangan kesadaran. Gejala-gejala ini harus segera mendapat penanganan medis.
Beberapa kasus viral di media sosial menunjukkan dampak nyata rhabdomyolysis. Salah satunya dialami oleh pria muda yang aktif di gym. Ia berolahraga angkat beban secara intens selama dua jam. Tanpa disadari, tubuhnya mengalami cedera otot berat. Dua hari kemudian, ia mengalami nyeri hebat dan urine seperti teh. Dilarikan ke IGD, ia didiagnosis rhabdomyolysis akut. Kondisinya kritis dan harus menjalani rawat inap selama seminggu. Dokter mengatakan ini akibat kombinasi latihan berlebihan dan kurang cairan. Kasus ini jadi pengingat bahwa tubuh punya batas. Latihan harus disesuaikan dengan kemampuan fisik.
“Simak juga: Manfaat Alpukat untuk Mata Sehat dan Risiko Kanker yang Rendah”
Penanganan rhabdomyolysis harus segera dan intensif. Langkah pertama adalah pemberian cairan intravena. Cairan membantu mengencerkan mioglobin dalam darah. Ini mencegah penumpukan di ginjal. Dalam kasus berat, pasien mungkin perlu cuci darah. Obat-obatan untuk mengontrol nyeri dan menjaga fungsi jantung juga diberikan. Dokter akan memantau kadar enzim otot seperti CK (creatine kinase). Setelah kondisi stabil, pasien tetap harus beristirahat total. Pemulihan bisa memakan waktu berminggu-minggu. Aktivitas fisik baru boleh dimulai setelah izin dokter. Pemeriksaan lanjutan diperlukan untuk memastikan ginjal tidak rusak permanen.
Penting bagi masyarakat untuk mengenali penyakit ini. Terutama mereka yang aktif berolahraga atau bekerja fisik berat. Jangan pernah mengabaikan rasa sakit otot yang tak biasa. Dengarkan tubuh dan jangan memaksakan latihan berlebihan. Pastikan tubuh terhidrasi sebelum, selama, dan setelah aktivitas. Jangan minum suplemen atau obat sembarangan tanpa konsultasi medis. Edukasi sejak dini penting untuk mencegah kasus serupa. Kampanye kesehatan otot harus ditingkatkan. Baik di pusat kebugaran maupun lingkungan kerja fisik. Dengan kesadaran tinggi, risiko bisa ditekan.