Ribuan Siswa Keracunan MBG: Menguak Bakteri dan Virus Penyebabnya
TrenHarapan – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali jadi sorotan. Lebih dari 6.000 siswa di berbagai daerah dilaporkan mengalami keracunan usai menyantap menu yang disajikan. Gejalanya bervariasi, mulai dari muntah, diare, hingga tubuh terasa lemas. Kasus ini menimbulkan keresahan di kalangan orang tua, sekaligus memunculkan pertanyaan besar: sebenarnya apa yang menjadi pemicu keracunan massal ini?
Bakteri dan Virus yang Sering Jadi Biang Kerok
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada sejumlah patogen yang sering memicu keracunan makanan. Untuk kategori virus, Norovirus dan Hepatitis A adalah yang paling umum.
Sementara itu, Prof. Ari Fahrial Syam, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa beberapa bakteri juga kerap menjadi penyebab utama. Di antaranya:
- Salmonella → penyebab keracunan sekaligus pemicu penyakit tifus.
- Escherichia coli (E. Coli) → dapat menimbulkan diare parah hingga komplikasi.
- Listeria → berbahaya terutama bagi ibu hamil dan bayi.
- Clostridium botulinum → penyebab botulisme, salah satu keracunan makanan paling mematikan.
“Baca Juga : Keracunan Massal MBG di China: 247 Siswa TK Jadi Korban Timbal”
Temuan dari Kasus di Bandung Barat
Kepala UPTD Labkesda Dinas Kesehatan Jawa Barat, dr. Ryan Bayusnatika Ristandi, mengungkapkan hasil investigasi awal kasus keracunan MBG di Bandung Barat. Pemeriksaan menemukan adanya kontaminasi Salmonella dan Bacillus cereus, bakteri pembusuk yang biasanya berasal dari komponen karbohidrat dalam makanan.
Bakteri tersebut bisa berkembang biak cepat bila makanan tidak dikelola dengan baik, terutama jika dibiarkan terlalu lama sebelum dikonsumsi.
Kenapa Kontaminasi Bisa Terjadi?
Prof. Ari menekankan bahwa rentang waktu penyiapan hingga penyajian makanan merupakan faktor paling krusial. Semakin lama makanan dibiarkan, semakin besar kemungkinan bakteri berkembang biak.
Yang lebih berbahaya, makanan terkontaminasi bakteri sering kali tidak menunjukkan tanda-tanda mencurigakan. Tidak ada perubahan rasa, bau, atau tekstur, sehingga anak-anak tetap memakannya tanpa sadar sedang menelan racun berbahaya.
Selain itu, kontaminasi silang juga sering menjadi penyebab. Misalnya, makanan matang diletakkan berdekatan dengan bahan mentah yang masih membawa bakteri.
Pelajaran Penting untuk Program MBG
Kasus keracunan massal ini menegaskan pentingnya standar keamanan pangan yang ketat dalam program MBG. Mulai dari sumber bahan makanan, cara pengolahan, penyimpanan, hingga distribusi, semua tahap harus diawasi dengan baik.
Anak-anak sebagai penerima manfaat utama program ini berhak mendapatkan makanan yang benar-benar sehat, bukan justru yang membahayakan. Pemerintah dan penyelenggara perlu memastikan kejadian serupa tidak terulang kembali dengan memperketat pengawasan dapur dan distribusi makanan di setiap sekolah.