Indonesia Jajaki Teknologi Baja Rendah Emisi: Langkah Baru Menuju Industri Hijau

Indonesia Jajaki Teknologi Baja Rendah Emisi: Langkah Baru Menuju Industri Hijau

TrenHarapan – Pemerintah Indonesia mulai menjajaki penguatan kemitraan teknologi dengan Tenova S.p.A., perusahaan rekayasa industri terkemuka asal Italia, untuk mendukung pengembangan Baja rendah emisi. Langkah ini dibahas langsung oleh Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dalam kunjungannya ke fasilitas Tenova di Castellanza. Suasana hangat terlihat ketika Faisol disambut CEO Tenova, Roberto Pancaldi, yang menegaskan kesiapan perusahaan memperkuat kerja sama dengan Indonesia. Kunjungan ini bukan sekadar diplomasi teknis, tetapi juga momentum memperkokoh hubungan puluhan tahun antara Tenova dan industri baja nasional, termasuk kolaborasi dengan Krakatau Steel. Diskusi berlangsung intens, mencerminkan kesadaran kedua pihak bahwa transformasi industri baja membutuhkan dorongan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Dengan dukungan penuh dari KBRI Roma, pertemuan ini membuka ruang baru bagi Indonesia untuk melangkah menuju industri baja masa depan yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Tenova dan Komitmennya terhadap Produksi Baja Berkelanjutan

Dalam penyambutan resmi, Roberto Pancaldi menekankan bahwa Tenova siap memperluas peran dalam mendorong produksi baja ramah lingkungan di Indonesia. Ia menyebut kolaborasi dengan PT Tata Metal Lestari (TML) sebagai langkah konkret memperkuat jalur teknologi menuju industri hijau. Menurut Pancaldi, Tenova telah mengembangkan rekam jejak panjang dalam menyediakan teknologi yang mampu menurunkan emisi sekaligus meningkatkan efisiensi energi. Hal ini sejalan dengan misi keberlanjutan perusahaan yang menempatkan inovasi sebagai pusat strategi. Melalui kemitraan dengan pemerintah Indonesia, Tenova berharap kontribusinya semakin signifikan, terutama dalam membantu industri nasional mengurangi jejak karbon. Pancaldi juga menyampaikan optimismenya terhadap masa depan kerja sama ini, mengingat Indonesia tengah mempercepat program dekarbonisasi di berbagai sektor industri. Kolaborasi ini pun menjadi kesempatan bagi Tenova untuk menunjukkan teknologi mereka sebagai solusi global.

“Baca Juga : Harga Cabai di Sidoarjo Tembus Rp100.000: Pedagang Tertekan, Pembeli Menahan Diri”

Peran CGL 2 dan Pentingnya Teknologi Rendah Emisi

Salah satu pembahasan utama dalam kunjungan tersebut adalah fasilitas Continuous Galvanizing Line 2 (CGL 2) yang sedang dibangun TML di Purwakarta. CGL 2 mengadopsi teknologi utama dari Tenova, yang terkenal karena efisiensi termal dan penghematan energi. Fasilitas ini diproyeksikan menjadi bagian penting dari roadmap industri hijau Indonesia karena mampu meningkatkan kualitas produksi sekaligus menekan emisi. Teknologi pemulihan panas, furnace ramah lingkungan, hingga otomasi presisi diterapkan untuk memastikan proses produksi lebih bersih dan stabil. CGL 2 akan menghasilkan baja BJLASM dan BJLAM dengan ketahanan korosi tinggi, sehingga mendukung hilirisasi baja nasional. Transformasi ini bukan hanya soal modernisasi pabrik, tetapi juga penegasan bahwa industri baja Indonesia siap bersaing di tingkat global. Dengan teknologi yang semakin maju, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai produsen baja regional yang berdaya saing tinggi.

Dukungan Pemerintah untuk Transformasi Industri

Wamenperin Faisol Riza menegaskan bahwa pemerintah sangat mendukung kemitraan strategis antara Indonesia dan perusahaan global seperti Tenova. Ia menilai bahwa peningkatan teknologi, penghematan energi, serta penerapan proses produksi ramah lingkungan menjadi inti dari arah kebijakan industri nasional. Hal ini sejalan dengan program Making Indonesia 4.0 dan Roadmap Jasa Industri 2025–2045 yang menempatkan inovasi sebagai pilar utama. Faisol juga menekankan bahwa kerja sama dengan TML dan Tenova dapat mempercepat pencapaian target dekarbonisasi nasional yang semakin mendesak. Dengan semakin ketatnya standar global terkait emisi, industri baja Indonesia harus beradaptasi untuk tetap kompetitif. Melalui pembaruan teknologi dan dukungan regulasi pemerintah, kolaborasi ini berpotensi menjadi contoh transformasi industri yang berkelanjutan dan inklusif.

Komitmen TML untuk Meningkatkan Mutu dan Efisiensi Emisi

GM Manufacturing PT Tata Metal Lestari, Rendra Fernanda, menegaskan bahwa investasi TML tidak hanya berfokus pada peningkatan kapasitas produksi. Menurutnya, kualitas dan efisiensi emisi menjadi tolok ukur utama dalam setiap pengembangan fasilitas baru. Rendra menjelaskan bahwa teknologi Tenova memberikan peluang untuk mencapai kualitas baja terbaik dengan jejak karbon yang jauh lebih rendah. Pendekatan ini membawa TML selangkah lebih dekat dengan standar global industri baja modern. Ia juga menekankan bahwa hilirisasi yang kuat hanya dapat dicapai jika industri mampu memproduksi baja yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga ramah lingkungan. Dengan dukungan teknologi rendah emisi, TML berupaya menjaga keseimbangan antara kinerja industri dan tanggung jawab lingkungan. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan untuk membangun industri baja yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan.

“Simak Juga : QRIS Tap Nobu Bank Hadir di LRT Jakarta: Langkah Baru Pembayaran Digital yang Makin Dekat dengan Penumpang”

Kontribusi terhadap Ekonomi Sirkular dan Target Net Zero

Kolaborasi antara TML dan Tenova membawa dampak besar bagi pelaksanaan Roadmap Ekonomi Sirkular Indonesia. Teknologi rendah emisi yang diterapkan dalam proyek CGL 2 mendukung pengurangan limbah, pemanfaatan kembali energi, dan efisiensi proses produksi. Upaya ini menjadi bagian dari kontribusi industri terhadap target Net Zero 2060 serta komitmen penurunan emisi dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC). Pemerintah berharap integrasi teknologi hijau di sektor baja dapat menjadi percontohan bagi industri lain. Selain itu, kerja sama ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang serius dalam transisi energi. Langkah-langkah teknis seperti hydrogen reduction dan pemulihan panas menjadi fondasi penting untuk membangun industri yang lebih bersih dan berkelanjutan. Melalui kemitraan ini, Indonesia menunjukkan bahwa keberlanjutan bukan hanya wacana, tetapi langkah nyata yang sedang dijalankan.

Tur Fasilitas Tenova dan Harapan Masa Depan Kemitraan

Kunjungan Wamenperin ditutup dengan tur fasilitas produksi Tenova, yang memberikan gambaran langsung tentang teknologi baja rendah emisi milik perusahaan. Faisol melihat bagaimana penggunaan hydrogen reduction dan sistem otomasi modern mampu menurunkan emisi sekaligus meningkatkan efisiensi. Diskusi bilateral antara pemerintah Indonesia dan Tenova berlangsung penuh optimisme. Kedua pihak meyakini bahwa kolaborasi ini dapat membuka peluang lebih besar dalam pengembangan teknologi hijau di Indonesia. Kunjungan ini menciptakan kesan mendalam mengenai pentingnya sinergi antara pemerintah, industri, dan mitra global. Dengan semakin kuatnya kemitraan ini, masa depan industri baja Indonesia tampak lebih menjanjikan lebih bersih, lebih efisien, dan lebih kompetitif di pasar internasional.