Tren Harapan – Media sosial menjadi sarana promosi yang sangat berpengaruh saat ini. Banyak produk kesehatan dipasarkan melalui influencer. Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan peringatan keras. Mereka mengingatkan bahwa tidak semua hasil uji laboratorium bisa dipublikasikan sembarangan. Hal ini dilakukan untuk melindungi masyarakat dari informasi yang tidak valid.
BPOM menekankan bahwa uji laboratorium harus mengikuti standar yang ketat. Proses ini melibatkan pengujian bahan aktif, keamanan, dan efikasi. Tanpa memenuhi kriteria tertentu, hasil uji tidak boleh dijadikan dasar promosi. Kesalahan interpretasi bisa menyesatkan konsumen. Influencer sering kali hanya menyampaikan sisi positif produk. Padahal, tanpa pengetahuan mendalam, risiko penggunaan produk tertentu bisa diabaikan. Oleh karena itu, BPOM meminta semua pihak lebih berhati-hati.
“Baca Juga : Chip AI AS Dibatasi Ekspornya, Kuota Indonesia Jadi Pertanyaan”
BPOM juga mengingatkan bahwa mempublikasikan hasil uji lab tanpa izin melanggar hukum. Setiap produk harus memiliki izin edar sebelum dipasarkan. Proses perizinan ini memastikan produk aman dan sesuai standar. Produk yang tidak terdaftar di BPOM bisa membawa risiko kesehatan serius. Contohnya, produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya. Tanpa pengawasan, konsumen menjadi korban utama. Oleh karena itu, pemerintah terus memperketat regulasi.
Dalam era digital, influencer memiliki peran besar sebagai penyebar informasi. Namun, tanggung jawab mereka juga tidak kalah besar. Publikasi yang tidak tepat dapat memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Oleh karena itu, BPOM meminta mereka bekerja sama dengan ahli. Tidak hanya itu, influencer juga diharapkan menyampaikan informasi yang seimbang. Misalnya, tidak hanya membahas manfaat produk tetapi juga risikonya. Hal ini akan membantu konsumen membuat keputusan yang lebih bijak.
“Simak juga: Ruben Onsu dan Ivan Gunawan: Cerita di Balik Teror Mistis”
Beberapa influencer memberikan respons positif atas peringatan ini. Mereka mengakui bahwa edukasi lebih penting dibandingkan promosi semata. Beberapa bahkan mulai bekerja sama dengan ahli kesehatan untuk menyusun konten yang lebih informatif. Namun, ada juga yang merasa terbatas dengan regulasi tersebut. Beberapa menyatakan bahwa transparansi dalam pemasaran adalah hal penting. Mereka menginginkan adanya panduan yang lebih jelas dari BPOM terkait batasan promosi.
BPOM tidak hanya mengawasi produk kesehatan tetapi juga edukasi publik. Mereka gencar melakukan kampanye tentang pentingnya mengenali produk resmi. Selain itu, BPOM juga membuka layanan pengaduan bagi masyarakat. Pengawasan ini diharapkan dapat mencegah beredarnya produk ilegal. Dengan demikian, konsumen merasa lebih aman dalam menggunakan produk sehari-hari. Kolaborasi antara BPOM, influencer, dan masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan ini.