Produksi Emas Freeport Anjlok: Dampak Longsor Bawa Efek Panjang hingga 2026

Produksi Emas Freeport Anjlok: Dampak Longsor Bawa Efek Panjang hingga 2026

TrenHarapan – Di tengah optimisme pemulihan sektor tambang nasional, kabar kurang menyenangkan datang dari PT Freeport Indonesia (PTFI). Wakil Presiden Direktur PTFI, Jenpino Ngabdi, mengungkapkan bahwa produksi emas perusahaan berpotensi turun hingga 30 persen pada 2026. Penurunan besar ini terjadi akibat insiden longsor di area tambang bawah tanah yang mengguncang operasi Freeport sejak September lalu. Jenpino menjelaskan bahwa insiden tersebut bukan hanya menghambat proses produksi, tetapi juga memaksa perusahaan melakukan pemulihan besar-besaran, termasuk pengamanan area dan penyelamatan pekerja. Dalam suasana yang masih menyisakan luka dan kehati-hatian, Freeport kini bergerak pelan namun pasti untuk mengembalikan ritme operasionalnya. Namun, dengan kerusakan yang cukup luas, perusahaan memperkirakan dampak jangka pendek masih terasa hingga tahun depan.

Perkiraan Produksi yang Merosot Tajam di 2026

Dalam kondisi normal, Freeport mampu menghasilkan 50-60 ton emas per tahun. Namun, untuk tahun ini saja produksi diprediksi hanya mencapai sekitar 15 ton. Angka tersebut menunjukkan betapa besar dampak teknis dan operasional yang harus ditanggung perusahaan pasca-insiden. Jenpino menegaskan bahwa sebagian besar produksi tahun ini dialokasikan untuk memenuhi pasokan Antam, yang memang sudah memiliki struktur kerja sama dengan Freeport. Penurunan produksi ini bukan sekadar angka dalam laporan, tetapi juga mencerminkan proses pemulihan yang masih berlangsung. Seiring upaya stabilisasi area tambang, Freeport masih menyesuaikan jalur operasi, mengamankan akses, dan memeriksa ulang struktur tanah agar kejadian serupa tak terulang. Dampaknya tentu memengaruhi rantai pasok emas nasional dan internasional.

“Baca Juga : Wacana Redenominasi Rupiah: Antara Efisiensi dan Kekhawatiran Publik”

Rencana Freeport untuk Pulih pada Tahun 2027

Meski kondisi saat ini menantang, Freeport tetap memiliki arah pemulihan yang jelas. Jenpino mengungkapkan bahwa perusahaan menargetkan produksi emas kembali normal di kisaran 50-60 ton pada tahun 2027. Pemulihan ini membutuhkan proses panjang, mulai dari investigasi menyeluruh atas insiden wetmark, pembenahan sistem drainase area bawah tanah, hingga rekonstruksi jalur produksi yang terdampak. Perusahaan juga memastikan bahwa aspek keselamatan pekerja menjadi prioritas utama sebelum kembali meningkatkan kapasitas. Dalam proses tersebut, manajemen Freeport berupaya menjaga ritme kerja tetap stabil, sambil memastikan keselarasan dengan standar keselamatan internasional. Tantangan ini tidak kecil, tetapi Freeport yakin jalur menuju pemulihan sudah berada di arah yang tepat.

Insiden Longsor yang Mengguncang Tambang Grasberg Block Cave

Insiden longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave pada 8 September 2025 menjadi titik kritis perjalanan Freeport sepanjang tahun ini. Material basah mengalir dalam volume besar dan menutup akses di beberapa area tambang. Perusahaan langsung menghentikan seluruh aktivitas untuk fokus pada penyelamatan tujuh pekerja yang dilaporkan terjebak di lokasi. Situasi tersebut menjadi pengingat keras tentang risiko pekerjaan tambang, sekaligus memaksa Freeport mengkaji ulang sistem keamanan bawah tanah secara menyeluruh. Aktivitas di Grasberg masih ditangguhkan hingga proses investigasi dan analisis struktur tanah selesai. Di tengah kekhawatiran dan ketegangan, tim evakuasi bekerja tanpa lelah untuk memastikan keselamatan semua pekerja yang berada di lokasi terdampak.

“Simak Juga : BRI Life Luncurkan BRILifeInspira, Asuransi Jiwa untuk Perlindungan Hingga Usia 99 Tahun”

Upaya Freeport Menjaga Konsistensi Pasokan di Tengah Krisis

Meskipun produksi emas sedang menurun tajam, Freeport tetap berupaya menjaga keberlangsungan pasokan nasional melalui kerja sama dengan Antam. Perusahaan juga mempertimbangkan opsi tambahan, termasuk kemungkinan membeli konsentrat tembaga dari tambang lain untuk menjaga stabilitas operasional smelter. Keputusan ini mencerminkan bagaimana Freeport mencoba menjaga roda industri tetap bergerak meski berada dalam tekanan. Strategi jangka pendek ini membantu mengurangi dampak gangguan produksi terhadap rantai industri hilir. Perusahaan juga terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk memastikan pasokan strategis tetap aman, terutama mengingat peran Freeport sebagai salah satu produsen emas dan tembaga terbesar di dunia.

Masa Pemulihan yang Menjadi Momentum Evaluasi Keselamatan

Setiap insiden besar selalu membawa pelajaran berharga, dan Freeport kini berada dalam fase refleksi mendalam. Pemulihan pasca-longsor tidak hanya tentang meningkatkan kembali volume produksi, tetapi juga memperkuat sistem keselamatan kerja di semua lini. Perusahaan memperketat prosedur inspeksi bawah tanah, menambah sensor pemantau pergerakan tanah, serta memperluas pelatihan penyelamatan darurat. Di sisi lain, masa pemulihan ini menjadi kesempatan bagi Freeport untuk memastikan seluruh standar operasional benar-benar sesuai dengan dinamika struktur geologi area tambang. Melalui langkah-langkah ini, perusahaan berharap dapat melindungi para pekerja sekaligus mengembalikan kepercayaan publik terhadap keamanan industri tambang.